Menantu Pahlawan Negara

Bab 700



Bab 700 Perjamuan Malam Keluarga Misra

“Kakek dan yang lainnya benar–benar licik. Jelas–jelas tindakan mereka sendiri yang

menjadikan mereka sebagai bahan tertawaan, kini mereka malah ingin menyeret kita untuk menjadi bahan tertawaan juga.”

Luna meletakkan ponselnya dengan sedikit kesal.

Ardika berusaha menahan tawanya dan menghibur istrinya, “Sudahlah, nggak ada

hubungannya dengan kita. Lagi pula, kita bukan anggota Keluarga Misra.”

Karena hal ini bukanlah suatu hal yang membahagiakan, tanpa butuh waktu lama mereka pun melupakan hal tersebut.

Mereka tidak merasa masalah Keluarga Basagita berganti nama ada hubungannya dengan

mereka.

Tak lama kemudian, Keluarga Misra mengadakan konferensi pers.

Mereka mengumumkan bahwa mereka telah memasuki Kota Banyuli secara resmi!

Pada saat bersamaan, Keluarga Misra juga menyatakan bahwa mereka akan mengambil alih Grup Agung Makanur secara menyeluruh.

Selain itu, Keluarga Misra juga akan menyelesaikan masalah–masalah seperti penundaan pembayaran gaji karyawan dan yang lainnya.

Sebelumnya, bisnis–bisnis tiga keluarga besar yang dibeli oleh Keluarga Basagita terus

bermasalah.

Keluarga Basagita tidak bisa menemukan solusi sehingga situasi menjadi bertambah buruk.

Seiring dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Keluarga Misra, masalah–masalah itu. menjadi reda.

Orang–orang yang membuat keributan di luar perusahaan juga sudah membubarkan diri.

“Ini yang dinamakan kekuatan keluarga kaya terkemuka. Hanya dengan satu pernyataan dari mereka, semua orang seolah–olah memercayai bahwa selama mereka turun tangan, maka

masalah akan terselesaikan.”

Saat ini, Luna yang juga mengikuti berita menghela napas.

Masalah–masalah yang sebelumnya mengancam nyawa anggota Keluarga Basagita, bagi keluarga kaya terkemuka seperti Keluarga Misra, penyelesaiannya sangat sederhana, yaitu hanya dengan satu pernyataan.

Pernyataan mereka jauh lebih efektif dibandingkan uang sebesar miliaran yang dikeluarkan oleh Keluarga Basagita.

Tepat pada saat ini, seseorang datang berkunjung dan mengantar sebuah undangan.

“Keluarga Misra juga meniru tindakan Keluarga Mahasura. Malam ini, mereka mengadakan. perjamuan malam di Hotel Blazar dan mengundang kita sekeluarga.”

Setelah membuka undangan itu dan membaca isinya, Desi mengalihkan pandangannya ke arah suaminya dan putrinya, meminta pendapat mereka.

Jacky berkata, “Kita hadiri saja. Luna, kala itu nenekamu memperlakukanmu dengan baik. Walau kita sudah nggak berinteraksi dengan Keluarga Misra selama bertahun–tahun, boleh dibilang mereka tetap merupakan kerabat kita.”

Sejak kecil, Luna sangat cerdas, jadi dia sangat disayangi oleh Vivian..

Karena melihat potensi yang dimiliki oleh Luna, sejak kecil Vivian sudah membimbing Luna secara pribadi.

Mungkin karena alasan ini, sejak Vivian meninggal, Tuan Besar Misra Basagita

memperlakukan Luna dengan acuh tak acuh. Sebaliknya, pria tua itu sangat menyayangi Wisnu

dan Wulan.

“Aku juga merasa kita perlu menghadiri perjamuan malam itu. Kini, Keluarga Misra sudah memasuki Kota Banyuli secara resmi. Kelak, aku pasti akan berinteraksi dengan mereka dalam hal bisnis. Jadi, kita nggak perlu menyinggung mereka.”

Luna mempertimbangkan dari sudut pandang bisnis.

Pada akhirnya, mereka memutuskan seluruh keluarga mereka akan menghadiri perjamuan malam yang diselenggarakan oleh Keluarga Misra malam ini.

Ardika menerima panggilan telepon dari Elsy. Elsy mengatakan bahwa Grup Bintang Darma juga mendapat undangan. This content provided by N(o)velDrama].[Org.

Elsy hendak membawa Livy untuk menghadiri perjamuan malam tersebut.

Setelah menghadiri perjamuan malam tersebut, dia ingin membawa putrinya ke sebuah pusat perbelanjaan dekat Hotel Blazar dan membeli pakaian.

Urusan Grup Bintang Darma sangat banyak.

Dia baru sempat meluangkan waktu untuk menemani putrinya.

Sedikit banyak tentu saja Ardika merasa bersalah. Bagaimanapun juga, sebagai seorang

presdir, dia tidak pernah memedulikan operasional perusahaan.

“Kalau begitu, nanti aku akan menjemput kalian sekalian melihat putri angkat kesayanganku.”

Setelah memutuskan panggilan telepon, Ardika memberi tahu Luna bahwa malam ini dia akan pergi menjemput Livy dan Elsy.

Bagaimanapun juga, di sini ada Handoko yang bisa bertugas menyetir.

Malam harinya, Ardika mengendarai mobilnya menuju ke Kompleks Vila Cempaka nomor

sembilan.

“Jiko, belakangan ini apa saja yang kamu lakukan?! Kenapa kamu menghabiskan uang sebanyak itu?! Dua hari yang lalu, kamu baru meminta uang sebesar 200 juta dariku! Hari ini, kamu datang meminta 400 juta lagi dariku!”

Di depan pintu, Elsy dan Jiko sedang memelototi satu sama lain.

Sejak Delvin tiada, Elsy menikah lagi dengan Jiko.

‘Sudah kubilang, aku sedang membangun sebuah perusahaan bersama temanku, tapi kamu malah masih mencurigaiku. Apa hanya kamu yang boleh menjadi manajer umum Grup Bintang Darma,

sedangkan aku nggak boleh berbisnis?”

Sambil menggigit sebatang rokok, Jiko berkata dengan kesal, “Dulu, keluargaku menghabiskan banyak uang untuk pengobatan Livy!”

“Kalau kamu memang ingin berbisnis, seriuslah dalam berbisnis. Jangan pergi judi. Kini, ayahmu sudah tertimpa masalah, kamu jangan membuat ibumu bersedih lagi.”

Elsy mengeluarkan sebuah kartu bank dengan ragu.

Dulu, saat Jiko masih bekerja di Departemen Perhubungan, dia sudah hobi berjudi.

Dia sering berutang banyak di luar sana, lalu terpaksa meminta bantuan Ganang, ayahnya.

“Jangan beromong kosong lagi! Cepat berikan padaku!”

Setelah merebut kartu bank itu dari genggaman Elsy, Jiko langsung berbalik dan pergi.

Begitu melihat Ardika, dia tertegun sejenak.

Kemudian, dia buru–buru memberi hormat dan berkata, “Tuan Ardika datang, ya.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.