Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 16



Selena sengaja merias wajahnya untuk membuat dirinya terlihat lebih segar. Saat melihat hujan deras terus turun di luar, Selena segera membungkus dirinya dengan pakaian yang tebal.

Setelah menjalani kemoterapi, fungsi tubuhnya telah menurun. Kondisi fisiknya begitu lemas bagaikan boneka kain. Daya tahan tubuhnya pun kini jauh lebih buruk daripada orang biasa.

Setiap dua hari, dia harus memeriksakan darah rutin untuk mengetahui rasio sel darah merah dan putih. Jika hasilnya lebih rendah daripada nilai tertentu, maka perlu dilakukan intervensi dengan obat-obatan.

Jika tidak, dengan sistem kekebalan tubuh serendah itu, demam biasa pun akan mengancam nyawanya. Selena tidak berani mengabaikan hal itu, sehingga dia lebih mengutamakan pakaian yang dapat menjaga kehangatan tubuhnya daripada penampilan.

Dia meraba rambut di bagian belakang kepalanya yang jauh lebih tipis daripada bagian kepalanya yang lain. Dengan berhati- hati, dia mengenakan sebuah topi wol hitam.

Lewis tentu saja menentang rencananya untuk keluar rumah. “Selena, tubuhmu saat ini belum siap untuk keluar rumah. Pada pemeriksaan darah rutin yang dilakukan kemarin, hasilnya sangat buruk. Aku ini dokter yang merawatmu, jadi aku harus bertanggung jawab atas keselamatan hidupmu.”

Dengan mata yang memerah, Selena menatap Lewis sambil memohon, ” Kak Lewis, tidak ada orang yang mau bertemu dengan seorang mantan suami dalam keadaan yang menyedihkan. Aku hanya ingin memanfaatkan saat ini, mumpung kondisiku belum terlihat terlalu parah. Aku ingin keluar dari kehidupannya dengan cara yang terhormat.”

Saat teringat dengan bantal yang disembunyi Selena dari dirinya, Lewis pun menghela napas dan berkata, “Pastikan tubuhmu tetap hangat.”

“Aku hanya akan pergi mengurus perceraianku, tidak akan lama.” “Biar kuantar,” ungkap Lewis. Kali ini Selena tidak menolak bantuan dari Lewis. Dia hanya ingin bercerai dari Harvey secepatnya.

Di dalam mobil, Selena memeriksa pesan-pesan yang ada di ponselnya. Pesan pertama datang dari Olga yang mengatakan bahwa mantan kekasihnya telah kembali dari luar negeri dan berusaha untuk mengajaknya berbaikan kembali. Pria itu membuat keributan di tempat Olga bekerja, sehingga Olga harus mengambil cuti panjang untuk menghindari pria itu. Pantas saja Olga sudah menghilang selama beberapa hari ini.

Di luar dugaannya, Harvey telah mengiriminya banyak pesan. Banyak di antaranya berisi ancaman. Jika Selena lagi-lagi tidak membalas pesan darinya, nyawa Arya akan terancam.

Selena merasa bahwa Harvey berbuat demikian hanya karena ingin segera bercerai dengan dirinya, sehingga pesan-pesan itu tidak dibalasnya. Keinginan Harvey akan segera terpenuhi.

Pak Landon, detektif swasta yang sudah dipesan oleh Selena, bekerja dengan sangat profesional dalam melakukan investigasi. Dia telah mengirimkan banyak informasi yang telah dikumpulkannya kepada Selena.

Informasi tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa Arya dan Kezia sangat dekat. Arya biasanya menghabiskan sepertiga waktunya dalam sebulan bersama Kezia. Rekaman CCTV juga telah berulang kali membuktikan bahwa Arya sering datang ke apartemen Kezia, dan baru pergi pada hari berikutnya.

Tidak hanya itu, dia juga sering mengirimkan uang kepada Kezia dan membeli mobil mewah seharga miliaran rupiah atas nama Kezia.

Ketika mengetahui tentang hal ini, Selena agak merasa tidak tenang. Perhatian dan bantuan finansial yang diberikan ayahnya ini sudah tidak termasuk wajar.

Seorang pria paruh baya kaya memberikan begitu banyak perhatian kepada seorang gadis yang lebih pantas untuk menjadi putrinya. Sudah jelas kalau hubungan di antara kedua orang ini kurang normal.

“Ibu telah pergi selama bertahun-tahun dan Ayah tidak menikah lagi. Sebenarnya wajar saja jika ayahnya memiliki kebutuhan seperti itu. Namun, selama ini Selena tidak pernah menanyakan soal itu.

Seorang ayah selalu memliki citra yang tegas dan berwibawa di hadapan anaknya. Walaupun memiliki kebutuhan biologis, tetapi seharusnya Arya tidak memilih gadis belia seperti Kezia untuk memuaskan kebutuhannya itu. Saat ini, citra Arya sebagai seorang ayah sudah mulai hancur di dalam pandangan Selena.

Kezia sudah mati dan Arya masih belum sadarkan diri. Untuk sementara ini, Selena hanya bisa menyimpulkan bahwa mereka berdua memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih.

Selama ini, ayahnya dikenal sebagai orang yang baik hati. Andai kata Kezia adalah kekasih ayahnya, ayahnya pasti sangat menyayangi dan memperhatikan Kezia dan tidak akan pernah menyakitinya, apalagi Kezia berusia jauh lebih muda daripada ayahnya.

Namun, jika semuanya benar-benar seperti dugaannya, lalu mengapa Harvey begitu mati-matian ingin membalas dendam terhadap Keluarga Bennet?

Hanya dalam waktu tiga hari, Pak Landon telah menemukan begitu banyak informasi, ini membuktikan bahwa si detektif ini memang orang yang andal. Selena pun kembali memberikan sejumlah uang muka, lalu meminta Pak Landon untuk menyelidiki penyebab kematian Kezia.

Setelah melihat ponselnya sejenak, Selena mulai merasa pusing. Pikirannya dipenuhi dengan gambar-gambar rekaman CCTV di apartemen Kezia.

Sebelum melihat semua itu, Selena bahkan berani bersumpah kalau ayahnya adalah orang yang baik dan bijaksana. Namun, sekarang dia pun terpaksa mulai meragukan sifat baik ayahnya itu.

Hujan deras terus mengguyur seluruh kota hingga membuat sebagian jalan di kota menjadi tergenang air. Namun, Selena tahu bahwa di dalam cuaca yang dingin ini, tersembunyi sebuah kegelapan yang mengancam.

Mobil Lewis berhenti di pinggir jalan. Lewis pun keluar dari mobil terlebih dahulu dan membukakan pintu untuk Selena.

Keadaan Selena memang sedikit lebih baik daripada tiga hari yang lalu, tetapi tubuhnya masih sangat lemah. Di mata Lewis, sosok Selena terlibat seperti boneka yang tak berdaya.

“Hati-hati, jalanannya basah dan licin, jangan sampai terjatuh.”

Selena tersenyum kepada Lewis dan berkata, “Kak Lewis, jangan tegang. Aku akan berhati-hati. Aku masih ingin bertahan hidup.”

Dia tidak akan mati sebelum mengungkap kebenaran.

Dia melepaskan tangan Lewis yang berusaha untuk memapahnya. Saat berbalik badan, dia melihat seseorang yang sedang menatapnya dari dalam mobil berwarna hitam.

Tatapan Harvey tertuju pada tangan Lewis yang tadinya memapah Selena. Sorot mata yang dingin itu membuat Selena menjadi gemetar. Dia sudah paham tindakan apa yang akan dilakukan oleh pria itu.

Walaupun Harvey membenci Selena, bukan berarti orang lain berhak untuk menyentuh dirinya.

Ini juga alasan yang membuat Selena tidak berani dan tidak ingin menerima bantuan Lewis. Tatapan Harvey yang menyeramkan itu membuat Selena buru-buru berkata, ” Kak Lewis, bukankah Kakak harus melakukan operasi sebentar lagi? Aku akan naik taksi untuk pulang setelah proses perceraianku selesai. Kakak pergilah dahulu.”

“Aku tidak terburu-buru. Jadwal operasinya adalah nanti sore. Aku tidak tenang jika meninggalkanmu sendirian.”

Raut wajah Selena yang awalnya tampak panik, kina berubah menjadi dingin. “Kita ini tidak punya hubungan apa-apa. Kak Lewis juga bukan keluargaku. Jika Kak Lewis begitu perhatian padaku, apa tidak takut menjadi bahan gosip?”

“Kalau takut, aku tidak akan melakukan semua ini,” ujar Lewis.

“Kak Lewis memang tidak takut, tetapi aku takut. Kak, walaupun di antara kami sudah tidak ada perasaan yang tersisa, tetapi kami ini belum resmi bercerai. Aku tidak ingin menjadi bahan gunjingan orang lain. Kumohon, jangan lagi pedulikan aku. Hidup dan matiku pada dasarnya itu tidak ada hubungannya dengan Kak Lewis.”

Selena pun berbalik dan pergi meninggalkan Lewis.

Lewis berasal dari sebuah keluarga dokter. Keluarganya termasuk salah satu keluarga yang paling disegani di Kota Arama. Namun, mereka tetap bukanlah tandingan Keluarga Irwin. Selena tidak ingin Harvey salah paham hingga akhirnya mencelakai Lewis.

Lewis menatap kepergian Selena dengan tidak rela. Namun, tidak salah juga. Memangnya Lewis pantas untuk berada di sisi Selena?

Saat menyalakan mobilnya dan hendak pergi dari tempat itu, Lewis baru menyadari kehadiran mobil mewah berharga puluhan miliar rupiah milik Harvey di sana. Sesaat kemudian, Lewis tiba-tiba jadi mengerti. Akhirnya dia pun hanya bisa tersenyum pahit

Dia tahu betul bahwa Selena masih mencintai Harvey dan tidak ingin Harvey salah paham. Lewis pun mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat itu.

Pada saat bersamaan, di dalam mobil mewah berwarna hitam itu, Alex merasakan aura yang menyeramkan dari kursi belakang, sehingga dia tidak berani melihat ke arah itu.This content is © NôvelDrama.Org.

Ketika mendengar helaan napas Harvey, Alex pun sangat terkejut, sampai-sampai hampir terlempar dari kursi pengemudi. “Tuan ... Tuan Harvey,” kata Alex dengan terbata-bata

“Kurang ajar.” Dengan ekspresi wajah yang bingung dan panik, Alex berkata, “Aku akan keluar dari mobil. Biar kakakku saja yang mengemudi.”

Chandra yang berada di samping pun hanya bisa memelototi adiknya yang payah itu, lalu mengangguk dengan hormat ke arah Harvey sambil berkata, “Tuan Harvey, aku mengerti.”

Setelah mengatakan itu, Chandra pun keluar dari mobil, lalu sosoknya menghilang di tengah-tengah guyuran hujan. Dengan perasaan kecewa, Alex pun memukul-mukul kepalanya sendiri. Saat ini, barulah dia menyadari bahwa orang “kurang ajar” yang dimaksud oleh Harvey adalah Lewis.

Di depan Kantor Catatan Sipil, Selena memandangi pria yang sedang berjalan mendekatinya itu dengan dengan ketakutan.

Pria itu mengenakan pakaian hitam dan terlihat sangat mencolok di tengah guyuran hujan. Tubuhnya yang gagah itu seakan menyatu dengan guyuran hujan. Selena pun tidak bisa menahan perasaan gugupnya.

Saat langkah kaki pria itu semakin mendekat, terdengarlah sebuah suara yang bernada dingin, “Jadi kamu ingin bercerai denganku demi pria itu?”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.